Bergerak dibidang SPBU sampai dengan Agustus 2018, terdapat 8 cabang SPBU (Klaten, Karanganyar, Sragen, Sukoharjo, Ponorogo, Grobogan, Kendal, Rembang)
Hutchison Holdings Ltd, perusahaan di belakang Hutchison Tri di Indonesia, kabarnya tengah mendekati Axiata Group Bhd, induk perusahaan operator seluler XL Axiata.
Hutchison dan Axiata disebut sedang melakukan pembicaraan awal terkait peluang konsolidasi bisnis telekomunikasi seluler mereka di Indonesia.
Menurut keterangan dari seorang sumber, kedua belah pihak belum melakukan negosiasi secara substantif. Namun, kabar ini memberi sinyal adanya peluang konsolidasi oleh kedua operator seluler.
Langkah Hutchison dan Axiata ini boleh dibilang selaras dengan keinginan pemerintah. Dalam berbagai kesempatan, Menkominfo Rudiantara melempar wacana konsolidasi operator seluler di Indonesia. Alasannya, untuk membuat industri telekomunikasi Tanah Air lebih sehat dengan maksimal tiga operator saja.
Kepada Bloomberg, perwakilan Axiata mengatakan pihaknya telah menarik banyak calon mitra bisnis, seperti Teleanor ASA, Mitsui&Co, dan Japan Sumitomo.
"Axiata telah menciptakan nilai yang signifikan dan menarik untuk pengoperasiannnya dan seperti yang telah dibuktikan dalam setahun terakhir," jelas Axiata.
Karena masih berada di tahap awal, belum ditentukan struktur yang jelas. Sumber tersebut juga mengatakan tidak diketahui pasti apakah pembicaraan mengarah pada transaksi bisnis atau tidak.
Akibat berita negosiasi awal ini, saham XL Axiata sempat tercatat naik 9,8 persen pada perdagangan Selasa (10/9/2019) di Jakarta. Lonjakan ini adalah yang tertinggi sejak 18 Februari lalu.
Tahun ini, nilai saham XL Axiata naik 76 persen, membuat valuasi pasarnya menjadi 2,56 miliar dollar AS (Rp 35,9 triliun), menurut laporan Bloomberg.
Indonesia sendiri menyumbang 472 juta dollar AS (Rp 6,6 triliun) atau sekitar 86 persen dari total pendapatan Hutchison Asia pada semester pertama 2019. Ini adalah satu-satunya pasar Hutchison Asia yang membukukan hasil positif sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi.
Sebelumnya, Axiata dan operator asal Norwegia Telenor ASA, sempat mengadakan pembicaraan serius untuk melakukan merger. Merger tersebut terbilang masif karena kedua perusahaan memiliki jumlah pelanggan 300 juta yang mencakup sembilan negara di Asia.
Sebagai infromasi, Telenor adalah pemilik lima operator di Malaysia, Thailand, Bangladesh, Pakistan, dan Myanmar. Sementara Axiata memiliki operator telekomunikasi di Malaysia, Indonesia, Kamboja, Sri Lanka, dan Nepal.
Akan tetapi, upaya merger ini gagal karena banyaknya kendala. Salah satunya adalah sikap Pemerintah RI yang enggan memberi restu usaha merger ini. Alasannya adalah Telenor berasal dari Norwegia, negara yang bersikap keras atas kebijakan ekspor kelapa sawit Indonesia.
SUSE: Perhatikan 6 Tren Ini Agar Perusahaan Tetap Kompetitif di 2025
Jakarta, IDN Times - Grab sudah sangat familiar di Indonesia sebagai platform layanan on demand. Ini adalah platform yang memungkinkan pengguna untuk memesan layanan atau produk secara instan melalui aplikasi.
Kamu pasti tidak asing lagi dengan GrabCar, GrabBike, GrabFood, hingga GrabExpress yang merupakan layanan pengiriman barang dan paket yang cepat.
Perusahaan tersebut dimiliki oleh Anthony Tan. Pria berkewarganegaraan Singapura itu menjabat sebagai Group CEO dan Co-Founder Grab.
Baca Juga: Grab Salurkan Rp 16,2 Miliar Hibah untuk Ribuan Mitranya
Grab sempat dituding dukung Israel
Dilansir South China Morning Post, Chloe Tong, istri CEO Grab, membagikan foto-foto perjalanan keluarganya ke Israel pada Juli 2023 di Instagram, dan mengatakan bahwa dia sangat terpukul dengan apa yang terjadi di negara tersebut.
Grab menanggapi berita tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya berpihak pada kemanusiaan dan harapan akan perdamaian dan gencatan senjata, tanpa menyebutkan salah satu pihak yang berkonflik.
Tong juga sudah mengklarifikasi bahwa unggahannya di Instagram tersebut bersifat pribadi dan dibuat sebelum dia mendapatkan gambaran lengkap mengenai apa yang terjadi di sana.
Berpengalaman di industri otomotif
Melansir dokumen resmi Grab, disebutkan bahwa asal-usul Anthony di industri otomotif sangat kuat, yang mana kakek buyutnya adalah seorang pengemudi taksi.
Sebelum mendirikan Grab, Anthony adalah Kepala Rantai Pasok dan Pemasaran di Tan Chong Group. Perusahaan bergerak pada perakitan dan distribusi kendaraan bermotor dan kendaraan komersial, layanan purna jual dan suku cadang, pendidikan, perdagangan, dan layanan keuangan terkait motor seperti sewa beli, produk dan layanan asuransi, sewa guna usaha, dan langganan, baik di dalam maupun di luar negeri.
"Dia mengepalai logistik dan menciptakan afinitas merek untuk merek-merek otomotif di bawah grup tersebut," tulis dokumen Grab.
Sebelum meniti kariernya, Anthony menempuh pendidikan dan memperoleh kelulusan dengan gelar Bachelor of Arts dengan predikat Honours di bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik dari University of Chicago.
Dia juga memiliki gelar Master of Business Administration (MBA) dengan predikat Honours dari Harvard Business School.
"Anthony memiliki gaya kepemimpinan yang langsung dan sering bepergian ke Asia Tenggara untuk menginspirasi dan berjuang bersama timnya di lapangan," tulis Grab.
Baca Juga: Grab Bakal PHK 1.000 Karyawannya, Badai Terbesar sejak Pandemik
Grab Indonesia donasikan Rp3,5 miliar untuk korban konflik Gaza
Sementara itu, Grab Indonesia bersama OVO mendonasikan dana kemanusiaan sebesar Rp3,5 miliar untuk membantu korban konflik yang terdampak di Gaza (Palestina).
Bantuan tersebut akan disalurkan melalui BenihBaik.com, platform crowdfunding dan CSR marketplace independen di Indonesia.
“Kami berharap bantuan ini dapat turut meringankan penderitaan korban konflik di Gaza, agar dapat dimanfaatkan sesuai yang dibutuhkan di lapangan,” jelas Neneng Goenadi, Country Managing Director, Grab Indonesia.
Grab dan OVO tidak akan pernah mendukung tindakan apa pun yang tidak mengindahkan perikemanusiaan dan perikeadilan. Kami tidak mengambil sikap netral dalam perlindungan kemutlakan hak asasi manusia, dan mendukung segala upaya untuk menciptakan perdamaian yang nyata dan adil.
Baca Juga: Keren! Grab Luncurkan Taksi Online Khusus Perempuan
IDXChannel – Banyak orang yang mungkin belum mengetahui siapa sosok pemilik OLX Group saat ini.
OLX Group adalah sebuah perusahaan teknologi multinasional yang berpusat di Amsterdam, Belanda, yang mengoperasikan sejumlah platform online untuk jual-beli barang bekas dan baru, serta layanan iklan online di seluruh dunia. Platform OLX telah hadir di lebih dari 45 negara, termasuk Indonesia.
Kepopuleran OLX sebagai sebuah platform jual beli dan iklan baris di berbagai negara tentu menjadi sebuah pencapaian yang hebat. Nah, sebenarnya siapakah sosok pemilik OLX Group tersebut?
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2006 dengan nama "Dealfish" di Nigeria oleh Fabrice Grinda dan Alec Oxenford. Mereka mendirikan perusahaan tersebut sebagai sebuah craigslist atau situs iklan baris.
Pada tahun 2015, OLX Group diakuisisi oleh Naspers, sebuah perusahaan media asal Afrika Selatan yang berfokus pada teknologi. Dilansir dari situs resmi olxgroup.com, pada Rabu (12/4/2023), Romain Voog merupakan CEO dari OLX Group.
Sebelum bergabung dengan OLX Group, Romain Voog memiliki pengalaman yang panjang di industri e-commerce. Ia diketahui pernah menjabat sebagai CEO perusahaan e-commerce asal Prancis, Cdiscount, yang menjual produk-produk elektronik dan kebutuhan rumah tangga secara online. Selain itu, ia juga pernah menjadi Chief Operating Officer di perusahaan e-commerce asal Belgia, Unigro.
Selain itu, Ia juga sempat berkarier di Carrefour selama lima tahun dan menduduki beberapa jabatan. Ia juga sempat menjadi President & Managing Director di Amazon France sejak 2012 hingga 2015.
Selama masa kepemimpinannya, OLX Group diketahui telah berhasil meningkatkan pangsa pasar di sejumlah negara dan terus mengembangkan bisnis mereka di seluruh dunia. OLX Group saat ini menjadi salah satu platform online terkemuka di dunia yang fokus pada jual-beli barang bekas dan baru, serta layanan iklan online.
Itulah beberapa informasi mengenai pemilik OLX Group Romain Voog yang masih menjabat hingga saat ini.
Disclaimer: All renderings, illustrations, photographs, show units, landscape amenities or accessories are shown for illustrative purposes only and do not represent the actual design, physical or structural details of the building. Plans, specifications, materials and other information contained herein are intended to give a general indication of the proposed design only and are subject to change and/or amendments as may be required by the developer/vendor or as directed by the relevant authorities or consultants. All areas and measurements are approximate only and subject to final survey. All features, fixtures, fittings, goods, accessories and furniture reflected or displayed in the show units are strictly for display purposes only and are not part of the final amenities and finishes. Any models of furniture or electrical appliances provided are up to the developer/vendor’s discretion and do not form part of any contract or warranty. While every reasonable care has been taken in preparing this website/publication/banner/poster and in constructing the scale models and sales gallery/show unit, the developer/vendor and its related companies, representatives, consultants and agents accept no responsibility for any inaccuracies or omissions. The sale and purchase agreement embodies all the terms and conditions between the developer/vendor and the purchasers.
Memulai bisnisnya dengan aplikasi pemesanan taksi pada 2012
Di bawah tangan dinginnya, Grab menjelma sebagai perusahaan teknologi mobile terpandang di Asia Tenggara, dengan memanfaatkan data dan teknologi untuk meningkatkan bisnis, mulai dari transportasi hingga pembayaran dan logistik.
Dalam menjalankan bisnisnya, Grab menggandeng pemerintah, mitra pengemudi, penumpang, dan LSM.
"Kami memulai sebagai aplikasi pemesanan taksi pada tahun 2012, namun telah memperluas platform produk kami," tulis Grab.
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Selain GrabCar, GrabBike, dan GrabExpress, Anthony juga telah meluncurkan layanan berbagi tumpangan (GrabHitch), layanan berbagi tumpangan sesuai permintaan (GrabShare), dan pembayaran elektronik (GrabPay).
Layanan Grab telah ditawarkan di berbagai kota di Singapura, Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand dan Vietnam.
"Pusat teknik kami di Beijing, Seattle dan Singapura memainkan peran penting dalam mendorong inovasi berkelanjutan di Grab untuk melayani Asia Tenggara dengan lebih baik," tulis Grab.
Kekayaannya tembus Rp12,24 triliun di 2021
Melansir Forbes, Anthony memiliki kekayaan sebesar 790 juta dolar AS di 2021, yang bila dirupiahkan setara Rp12,24 triliun dengan mengacu kurs Rp15.500 per dolar AS.
Kekayaan tersebut melonjak signifikan dibandingkan 380 juta dolar AS di 2019, dan 300 juta dolar AS di 2018. Dengan kekayaan di 2021, dia berhasil bertengger di urutan 47 dari 50 orang terkaya di Singapura pada tahun tersebut.